Jumat, 16 September 2016

Peninggalan Kerajaan Siak

Mahkota Kerajaan Siak
Sultan Syarif Kasim II
Keris

                                                   

                                                                            Komet
                                                                         Komet
                                                                      Meriam

                            
                                               



Click Here!

Sejarah Kerajaan Siak Sri Indrapura

                                               Istana Kerajaan Siak Sri Indrapura


Kerajaan Siak Sri Indrapura adalah kerajaan Melayu yang didirikan oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) pada tahun 1723 M. 

Kata Siak Sri Inderapura, secara harfiah bermakna suatu pusat kota raja yg taat beragama, dalam bahasa Sanskerta, sri berarti “bercahaya”, indera atau indra berarti “raja“, sedangkan pura berarti “kota” atau “kerajaan”. Siak sangat kental dengan agama Islam, Siak memiliki arti orang-orang yg ahli atau taat agama, seseorang yang hidupnya tekun beragama dapat dikatakan sebagai orang Siak.

Pada awal tahun 1699 M Sultan Kerajaan Johor yang bergelar Sultan Mahmud Syah II mangkat dibunuh oleh Magat Sri Rama, istrinya yang bernama Encik Pong pada waktu itu sedang hamil dilarikan ke Singapura, terus dibawa ke Jambi. Dalam perjalanan itu lahirlah Raja Kecik dan kemudian dibesarkan di Kerajaan Pagaruyung Minangkabau. Sementara itu pucuk pimpinan Kerajaan Johor diduduki oleh Datuk Bendahara tun Habib yang bergelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah.

Setelah Raja Kecik dewasa, pada tahun 1717 M Raja Kecik berhasil merebut tahta Johor. Tetapi tahun 1722 M Kerajaan Johor direbut kembali oleh Tengku Sulaiman ipar Raja Kecik yang merupakan putera Sultan Abdul Jalil Riayat Syah. Dalam merebut Kerajaan Johor ini, Tengku Sulaiman dibantu oleh beberapa bangsawan Bugis. Terjadilah perang saudara yang mengakibatkan kerugian yang cukup besar pada kedua belah pihak, maka akhirnya masing-masing pihak mengundurkan diri. Pihak Johor mengundurkan diri ke Pahang, dan Raja Kecik mengundurkan diri ke Bintan dan seterusnya mendirikan negeri baru di pinggir Sungai Buantan (anak Sungai Siak). Demikianlah awal berdirinya kerajaan Siak di Buantan.

Pada masa Sultan ke-11 yaitu Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang memerintah pada tahun 1889-1908 M membangun sebuah istana yang megah pada tahun 1889 M yang terletak di kota Siak. Istana kerajaan Siak yang megah itu diberi nama Istana Asseraiyah Hasyimiah. Pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim Siak mengalami kemajuan terutama dibidang ekonomi, pada masa itu pula beliau berkesempatan melawat ke Eropa yaitu Jerman dan Belanda.

Setelah Sultan Syarif Hasyim wafat, tahta kerajaan diserahkan kepada putranya yaitu Tengku Sulung Syarif Kasim yang saat itu masih bersekolah di Batavia. Pada tahun 1915 M, Tengku Sulung Syarif Kasim yang saat itu berumur 21 tahun dinobatkan sebagai Sultan Siak ke-12 dengan gelar Assayaidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaifuddin yang kemudian terkenal dengan sebutan Sultan Syarif Kasim Tsani (Sultan Syarif Kasim II).

Sejak muda sampai akhir hayatnya Sultan Syarif Kasim II terkenal taat beribadah dan sangat dicintai rakyatnya. Sultan Syarif Kasim II, sultan dari Kerajaan Melayu yang terkenal penentang pemerintahan Hindia Belanda yang gigih. Jasa-jasa beliau sebagai patriot Tanah Air tentulah tidak dapat dilupakan begitu saja.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya bergabung dengan Republik Indonesia dan menyerahkan seluruh aset kerajaan kepada negara Republik Indonesia.

Pada 6 November 1998 melalui Kepres Nomor 109/TK/1998, Pemerintah Republik Indonesia memberi gelar Pahlawan Nasional kepada almarhum Sultan Syarif Kasim II (Sultan Siak XII) dengan anugerah tanda jasa Bintang Mahaputra Adipradana.